Peluncuran Aplikasi WorldRef- Mulai Monetisasikan Jaringan Profesional Anda

Apa yang ada di Aplikasi?

Pajak karbon bisa menjadi salah satu solusi bagi Indonesia untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs)

Emisi karbonIndonesia

Berbagi adalah peduli

Oktober 5th, 2021

Pemerintah Indonesia telah menyatakan rencana untuk memungut pajak karbon sebesar Rp 75 per kilogram (kg) setara karbon dioksida (CO2e) atau unit setara. Tujuannya adalah untuk mendorong investasi dalam teknologi yang mengurangi emisi karbon. Tapi seberapa praktisnya?

 

By Putu Sukma Kurniawan

Staf Pengajar Program Studi Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha


 

Saat ini, pemerintah sedang merencanakan penerapan “pajak karbon” untuk memastikan kegiatan ekonomi dan bisnis di Indonesia berjalan secara berkelanjutan – salah satunya untuk pelestarian lingkungan dan mengurangi dampak krisis iklim.

 

Pajak karbon adalah pajak yang dikenakan pada kegiatan ekonomi yang menghasilkan emisi karbon yang melewati batas tertentu. Pajak ini juga dikenakan pada bisnis yang menghasilkan berbagai dampak buruk lainnya pada lingkungan.

 

Berdasarkan hasil analisis, pengenaan pajak karbon bahkan berpotensi memberikan pendapatan tambahan untuk negara sampai Rp 57 triliun.

 

Di sisi lain, penerapan pajak ini juga dapat membantu pencapaian pemerintah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau lebih dikenal dengan istilah Sustainable Development Goals (SDGs).

 

SDGs adalah komitmen pemerintah antarnegara bagian untuk pembangunan berkelanjutan di 17 bidang – mulai dari pangan, gender, industri, hingga iklim – agar generasi penerus memiliki kualitas hidup yang lebih baik.

 

Kebakaran lahan di perkebunan kelapa sawit

 

Bekerja dengan industri untuk mengurangi emisi

 

Rencana pemerintah untuk menerapkan pajak karbon merupakan lompatan besar dalam mewujudkan komitmen iklim dan lingkungan yang tertuang dalam SDGs.

 

Pemerintah sendiri telah menggariskan tujuan jangka panjang SDGs yang ingin dicapai Indonesia pada tahun 2030.

 

Butir 13 menjelaskan target pemerintah untuk melawan dampak dari krisis iklim – salah satunya melalui pengurangan emisi karbon jangka panjang.

 

Tahun lalu, misalnya, pemerintah mencanangkan target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 29% oleh 2030.

 

Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan dukungan aktif dari semua komponen termasuk pihak swasta.

 

Di sini, penerapan pajak karbon dapat meningkatkan partisipasi dunia usaha untuk mengurangi emisi dari kegiatan ekonomi mereka, sekaligus menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan.

 

Pajak karbon dapat mewujudkan hal ini dalam empat cara.

 

1. Bentuk tekanan dari pemangku kepentingan (pemangku kepentingan)melawan sektor swasta

 

Selama ini, sektor industri menghasilkan dampak sosial dan lingkungan yang negatif. Contohnya adalah industri kelapa sawit yang sering menyebabkan kebakaran lahan.

 

Masyarakat luas – diwakili oleh pemerintah – dapat “memaksa” bisnis untuk mengurangi dampak buruk ini dan mendukung tujuan SDGs.

 

Penelitian tahun 2020 dari Australia, misalnya, menunjukkan bahwa pemerintah memiliki peran yang tinggi untuk dimainkan dalam memastikan bisnis terlibat dalam memberikan komitmen lingkungan.

 

Pemerintah Australia meyakini bahwa para pelaku bisnis tidak hanya memiliki kewajiban untuk menjaga kelangsungan usahanya tetapi juga memiliki kontribusi yang tinggi terhadap masalah sosial dan lingkungan.

 

Salah satu bentuk tekanan tersebut adalah adanya regulasi yang jelas mengenai penerapan pajak karbon.

 

Selama ini kegiatan ekonomi cenderung menghasilkan dampak negatif terhadap bidang sosial dan lingkungan, namun belum ada mekanisme yang dapat menahan dampak tersebut.

 

Regulasi pajak karbon jelas merupakan bentuk tekanan dari para pemangku kepentingan agar kegiatan ekonomi juga memikirkan dampaknya, terutama pada isu lingkungan.

 

2. Mendorong perusahaan untuk berinvestasi dalam teknologi yang mengurangi emisi karbon

 

Pajak karbon dapat mendorong sektor swasta untuk berinovasi produk yang akan menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah.

 

Beberapa pelaku industri, misalnya, telah mencoba melakukan sesuatu yang baru.

 

Beberapa perusahaan di industri pertambangan memiliki komitmen yang tinggi untuk berinvestasi pada teknologi ramah lingkungan dan melakukan kegiatan usaha dengan menghasilkan emisi yang rendah.

 

Salah satunya dengan membangun pembangkit listrik rendah emisi.

 

3. Mengalihkan pendanaan untuk proyek mitigasi krisis iklim

 

Dana yang diperoleh dari pajak karbon dapat digunakan sepenuhnya oleh pemerintah untuk program-program terkait pengurangan dampak krisis iklim, serta mendukung berbagai inisiatif dari masyarakat terkait pelestarian lingkungan.

 

Beberapa program ke depan yang dapat didukung, misalnya: desa iklim dan memperkuat peran masyarakat adat.

 

Sebagai contoh, Pemerintah Irlandia pada tahun 2020 menggunakan dana dari pajak karbon untuk memperkuat komunitas sosial yang rentan secara ekonomi. Dana ini juga digunakan untuk membantu pencapaian tujuan SDGs.

 

Pemerintah juga terus berupaya menjalin kerja sama dengan lembaga internasional yang memiliki kepedulian tinggi terhadap isu-isu terkait perubahan iklim.

 

4. Mendorong sektor swasta untuk beralih ke energi terbarukan

 

Penggunaan energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada energi fosil – salah satu sumber emisi karbon terbesar.

 

Sayangnya, campuran penggunaan energi terbarukan di Indonesia masih belum tepat sasaran.

 

Untuk tahun 2020, bauran energi baru terbarukan mencapai 11.20% sedangkan target untuk 2025 mencapai 23%.

 

Penerapan pajak karbon dapat memberikan dorongan positif secara ekonomi dan lingkungan bagi industri untuk mengejar ketertinggalan energi ini sehingga secara tidak langsung mendukung tujuan jangka panjang SDGs.

 

Industri juga akan didorong untuk menggunakan energi terbarukan, seperti: energi matahari menggabungkan kegiatan bisnis.

 

Jalan panjang untuk membangun keseimbangan ekonomi dan lingkungan

 

Pajak karbon merupakan bentuk bagaimana upaya perlindungan lingkungan dapat berjalan seiring dengan pembangunan ekonomi negara.

 

Dalam jangka panjang, misalnya, pencapaian tujuan SDGs di satu negara – terutama terkait lingkungan – dapat menarik dana dari investor global untuk masuk ke negara itu.

 

Namun, penerapan pajak karbon di Indonesia tentu akan membawa tantangan tersendiri bagi pemerintah.

 

Gejolak di masyarakat bisa terjadi karena perubahan sektor industri ke penggunaan energi ramah lingkungan akan memakan biaya yang pada akhirnya dapat menyebabkan kenaikan harga bagi konsumen.

 

Perlu komunikasi yang baik dengan pihak swasta dan pemangku kepentingan lainnya untuk menggulirkan kebijakan ini. Selain itu, juga ada komitmen jangka panjang dari semua pihak terhadap implementasi kebijakan ini.

 

Penerapan pajak karbon perlu dilakukan secara bertahap dan dengan evaluasi yang ketat di lapangan. Tapi kapan waktu yang tepat untuk memulai jika tidak sekarang?

 

Artikel ini awalnya diterbitkan oleh Percakapan, pada tanggal 26 Agustus 2021, dalam Bahasa Indonesia dan telah diterbitkan ulang sesuai dengan Lisensi Publik Internasional Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0. Anda bisa membaca artikel aslinya disini. Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini adalah dari penulis sendiri dan bukan dari WorldRef.


 

Jelajahi layanan WorldRef untuk mempelajari bagaimana kami membuat operasi bisnis global Anda lebih mudah dan ekonomis!

Layanan untuk Penjual  |  Layanan untuk Pembeli  |  Sumber Industri Gratis   |  Layanan Tenaga Kerja  |  Solusi Industri  |  Penambangan & Pengolahan Mineral  |  Sistem Penanganan Material  |  Solusi Pembangkit Listrik  |  Solusi Listrik Terbarukan dengan Pembiayaan